Belajar dari Rabu
"Tulisan ini tentang Rabu" Saya meninggalkan rumah tepat pukul 11.00 WITA. Tidak banyak hal yang saya rencanakan hari ini, t...
"Tulisan ini tentang Rabu"
Dari
rumah, saya langsung ke Redaksi Kompas. Jarak yang tidak terlalu jauh antara
rumah dan redaksi membuat saya memilih kecepatan 40 Km/jam. Kecepatan itu sudah cukup
aman dan pas bagi saya untuk menikmati perjalanan, di hari yang mendung. Tapi
sebenarnya, saya memang pengendara yang tidak berbakat untuk bermain-main dengan kecepatan
tinggi, mungkin 80Km/jam sudah terbilang sangat tinggi untuk saya. Ini boleh dibilang kelebihan, bisa juga dibilang kelemahan. Semua itu mungkin terjadi
karena alasan ini,
“saya ingin menyaksikan beberapa peristiwa
di jalanan, semisal melihat wajah tukang Koran yang mampu tersenyum saat
korannya tak laku dan korannya hanya jadi payung dari sinar terik matahari. Dan
masih banyak perisitiwa, bahkan daun yang ditakdirkan menyentuh spion kiriku kemarin
sore. Semua saya baca dan nikmati!”
Di
redaksi, saya bertemu Fahri, Pak Sapri, dan Bang Thoriq. Karena saya belum
pernah memperkenalkan mereka di postingan sebelumnya, maka saya akan
menjelaskan secara singkat di postingan ini. Mulai dari Fahri, salah
seorang anggota Kompas Muda Batch I untuk Makassar, kami satu angkatan di
KompasMuda. Kemarin, dia baru saja menyelesaikan ujian proposal skripsinya.
Hari ini, di wajahnya, bayangan sarjana sudah terlihat lebih jelas.
“Terget
kamu sarjana kapan bro?” tanyaku
“April
Wan, kalau kamu?”
Bila
ditanya kapan sarjana, saya akan menjawabnya di postingan yang lain. Bukan di
sini.
Pak
Sapri, adalah pegawai Kompas yang setiap Senin sampai Sabtu dapat ditemui di
Redaksi. Setiap kali saya merasa bosan di rumah, maka salah satu pilihan untuk
membunuh kebosanan itu adalah datang berbincang dengan Pak Sapri dan membaca Koran
atau majalah yang tersedia di redaksi. Lain kali akan saya ceritakan tentang
beliau.
Sedang
Bang Thoriq, adalah penanggung jawab acara Google+ hari ini. Dia baru pertama
kali datang ke Makassar, dan daerah asalnya dari Riau. Aku belum sempat
berbincang panjang dengannya, mungkin di lain waktu.
Sekitar
satu jam di Redaksi, belum ada kegiatan yang ditentukan. Rencana awal kami,
mengunjungi beberapa lokasi yang pas menggambarkan Makassar dan kemudian
membuat video untuk “Indonesia Satu” dipending. Karena tiba-tiba hujan, kami menunggu hingga hujan
berhenti.
Kuputuskan untuk segera ke kampus, pukul satu siang, “Kurniawan
Herikesuma” dan “Rista” akan mempresentasikan rencana penelitiannya. Agenda
ini, tentu menyenangkan bagi saya. Ini juga akan menjadi pengingat untuk saya,
agar segera bergegas dan berusaha untuk lebih berbenah. Semester ini, saya juga siap untuk menyelesaikan kewajiban itu.
Saya
datang, dan memberi selamat kepada mereka. Setelahnya, saya kembali ke redaksi.
*
Pukul
3 sore, kami sudah merencakan beberapa strategi agar pengambilan video dapat
menghasilkan karya yang tidak biasa. Bang Ajiz (lain kali akan kutulis tentang
dia, dia lelaki yang senang dengan fotografer), jadi leader untuk masalah ini. Kami
memilih dua lokasi, di Pantai Losari dan Benteng Fort Rotterdam.
Selepas pengambilan video, kami kembali ke redaksi dan bergabung dalam acara Google+ Hangout RHOMA IRAMA
Indonesia Satu.
*
Ada beberapa hal yang
saya dapatkan hari ini, namun ada satu hal yang sangat ingin saya tulis bahwa, “Saya
berusaha untuk menepati janji dengan orang lain, tapi janji untuk saya sendiri
tidak saya tepati, saya berusaha ala kadarnya” Ini menyedihkan. Hari ini saya tidak melanjutkan beberapa draft tulisan saya, beberapa agenda lain untuk diri saya sendiri.
Rabu ini, sepertinya saya melupakan diri saya sendiri. Semoga saya bisa lebih baik, dan belajar dari hari ini.
Terima Kasih telah membaca tulisan ini, semoga teman-teman bisa berjanji untuk diri sendiri, dan saya akan belajar dari teman-teman.
2 comments
Keren *(y)
ReplyKak Rhomanya yang keren.. :) hehehe
Reply